Arsip Tag: jawa

Selamat Ulang Tahun Jatimotoblog, Tetep Mbolang dan Bungah!!


image

Selamat ulang tahun yang ke empat untuk Jatimotoblog. Acara Syukuran dan kopdar tahunan kali ini digelar di tempat wisata Pacet, Mojokerto.

Baca lebih lanjut

Perang Jawa I Bagian 1


Mentari pagi mulai menyinari bumi Tuban. Para kepala desa ,dari seluruh wilayah kasunanan Tuban duduk di serambi masjid menanti Sunan Bonang.
Hari ini mereka ingin mengadu tentang pengungsi dari Majapahit yang semakin banyak berdatangan. Selepas mentari beranjak tinggi, sosok yang dinanti tiba.
Raden Maulana Makdum Ibrahim yang akrab dipanggil Sunan Bonang, beliau terlahir dengan nama Bong Ang putra dari Sunan Ampel.

Sunan adalah gelar bagi penguasa wilayah setingkat kadipaten. Tanggung jawab seorang sunan meliputi administrasi pemerintahan, militer sampai pemimpin keagamaan.
Wilayah Kasunanan Tuban berbatasan dengan Kasunanan Lamongan di Timur dan Kasunanan Muria di Barat.

Di selatan wilayahnya berbatasan langsung dengan Kerajaan Majapahit.
Masjid menjadi pusat pemerintahan kasunanan, bangunan masjid terdiri dari dua ruang. Ruangan utama untuk sholat berjamaah dan serambi masjid yang luas yang menghadap langsung ke alun-alun.

Serambi masjid berfungsi sebagai aula tempat pertemuan. Di sebelah kanan dan kiri masjid, terdapat bangunan tempat para pembantu sunan bertugas.

“Assalamualaikum wa rahmatullahi wa barakatuhu” ucap sunan kepada semua kepala desa yang telah menantinya di serambi.
“Waalaikumsalam warahmatullahi wabaraktuhu” jawab mereka serempak.

Para kepala desa kemudian menyampaikan keluhan mereka perihal para pengungsi dari Wilayah Majapahit.
“mereka ini orang-orang kafir, tidak tahu halal haram dan yang paling membuat kami sedih, kaum wanita mereka tidak menutup aurat.” Lapor seorang lurah.

“Ada yang membawa babi dan anjing dalam cikar. Beberapa kelompok yang sudah menetap malah beternak babi”

“Jumlah mereka semakin banyak di desa saya, saya takut ada pihak dari majapahit mengejar mereka lalu menyerbu desa”

Sunan mendengarkan dengan seksama keluhan para lurah lalu berkata,
“Ini adalah dilema. Islam mengajarkan untuk lebih mengutamakan menjaga nyawa manusia, tapi jika terus dibiarkan aku juga takut ada buronan dari Majapahit di antara para pengungsi sehingga mengundang serangan dari pihak yang bertikai.”

“Apakah tidak sebaiknya kita menghalau mereka ke Lamongan atau Muria?” usul seorang lurah.

“Itu sama saja dengan melemparkan masalah kita pada saudara kita tanpa ridlo darinya” jawab sunan Bonang.

“Aku harus beristikharah dulu serta bermusyawarah dengan para sunan lainya. Untuk sementara, bagi yang bersedia masuk Islam kita akan menjamin keamananya.
Sedang bagi yang tidak mau masuk Islam, harus membayar jizyah dua keping emas jika ingin perlindungan dari kita. Bila tidak mau melaksanakan pilihan di atas tetap kita tampung tapi tidak kita jamin keamananya, jika sewaktu-waktu ada utusan Majapahit menginginkanya akan kita serahkan.”

….

Majapahit telah tercabik-cabik perang saudara. Ada dua orang yang mengklaim sebagai raja, Kertabhumi dan Wardhana.

Kertabhumi memerintah dari Kahuripan di sebelah timur Gunung Kawi. Wilayah yang dikuasainya membentang dari timur gunung Kawi sampai tanjung Blambangan.

Wardhana menguasai lereng barat Gunung Kawi sampai lereng timur gunung Wilis. Lebih kecil tapi memiliki pasukan yang lebih handal daripada Kertabhumi.

Wardhana dulunya adalah seorang panglima perang kepercayaan Singhadana, raja majapahit yang digulingkan dan dibunuh Kertabhumi.
Perang ini menyebabkan minimnya kontrol pusat terhadap daerah-daerah kadipaten di Majapahit. Para pembesar istana saling menxurigai satu dengan yang lainya.

Banyak adipati selaku kepala daerah yang bertindak semena-mena menindas rakyat yang sedang menderita karena perang dan kelaparan. Bagi mereka Majapahit hanya kisah masa lalu.
Para penyamun bebas leluasa berbuat kejahatan. Para penegak hukum sudah tak lagi dipatuhi.

Saluran irigasi pertanian yang risak karena perang tak diperbaiki lagi oleh para penguasa telah menyebabkan gagal panen. Lumbung-lumbung padi telah lama kosong karena terampas untuk bekal prajurit dalam perang. Kelaparan pun melanda.

Kaum agamawan, para Resi pemuka agama dan para cantrik penghuni candi pemujaan tak bisa berbuat banyak untuk membantu penderitaan rakyat dan menghadapi para pejabat amoral.
Wilayah yang banyak dihuni kaum muslim di pesisie utara pulau Jawa memilih untuk merdeka dari Majapahit. Mereka  membentuk pemerintaan kasunanan.

Terbentuklah kasunanan Ampel, Giri, Drajad, Tuban, Muria dan Demak. Adanya kasunanan melindungi umat Islam dari perang antar umat Hindu di Majapahit.

Penduduk di pedalaman Majapahit yang menderita akibat perang memilih mengungsi ke wilayah kasunanan untuk mengubah masib. Mereka umumnya datang dengan menaiki cikar. Sebuah gerobak kayu dengan roda besar yang juga terbuat dari kayu yang ditarik oleh dua ekor sapi.

Cikar itu dibuat dari kayu-kayu rumah mereka yang sengaja dirobohkan. Dibuat besar agar mampu membawa seluruh keluarga dan banyak barang berharga untuk modal hidup di tanah tujuan.

Wilayah kasunanan telah berkembang menjadi kota bandar pelabuhan yang ramai. Banyak kapal-kapal dari India dan Arab yang singgah. Di sinilah sapi-sapi penarik cikar laku dijual.

Perjalanan laut yang memakan waktu lama antara kepulauan Maluku dan India serta Jazirah Arab mengharuskan awak kapal untuk menimbun bahan makanan. Beras dan sapi adalah barang langka di Maluku.

Nahkoda kapal memilih untuk berlabuh di Jawa dalam menyiapkan kebutuhan pangan selama berlayar. Di pulau  inilah mereka menemukan beras dengan kualitas yang bagus serta susu dan bahan olahan susu yang akrab dengan kehidupan mereka di tanah asal. Yang paling utama sapi.

Sapi-sapi itu mereka angkut dalam kapal hidup-hidup. Daging sapi segar adalah barang langka di tengah laut. Bila masih tersisa sapi hidup itu bisa dijual denngan harga mahal.
Kapal-kapal dagang tersebut awalnya hanya bermaksud singgah di pesisir utara jawa untuk mengisi bahan makanan setelah selesai berdagang di kepulauan Maluku. Daging sapi dan bahan olahan susu adalah komoditas utama.

Jawa pada masa itu terkenal dengan populasi sapi yang melimpah. Sapi menjadi hewan terpenting dalam kehidupan masyarakat. Selain berfungsi sebagai buruh tani dalam membajak sawah dan Alat transportasi untuk menarik pedati. Sapi juga menjadi sumber pangan masyarakat Jawa Majapahit dengan memanfaatkan susu dan bahan olahanya seperti mentega dan kejua. Sapi yang sudah berusia lanjut disembelih untuk diambil daging dan dimanfaatkan kulitnya.

Begitu banyak manfaat dari sapi membuat masyarakat menghormati sapi. Mereka menaruh patung sapi dan mensucikanya di hampir setiap candi peribadatan.

….

Ada sebuah dongen menarik ketika seekor ayam menagih patung dirinya karena iri pada sapi kepada seorang resi sakti yang bisa mengerti bahasa hewan.
“wahai Resi yang sakti, kenapa harus patung sapi yang engkau tempatkan di kuil?”
“Karena yang demikian sudah kehendak takdir dari Sang Hyang Widi”
“Tapi bukankah garis takdir kaumku lebih banyak  berkorban daripada Sapi?”.
“Maksudmu?” tanya resi heran.
“Kaum Jantan kami kalian sembelih sebagai korban untuk dewata. Lalu anak-anakku yang masih berupa telur kau jadikan lauk pauk. Kemudian kaum betina kami yang sudah tidak bertelur lagi kalian sembelih juga.” klaim si ayam.
“Itulah yang membedakan sapi dari kebanyakan Hewan. Sapi  tidak hanya ditakdirkan untuk mengorbankan dirinya tapi juga untuk melayani kami.
Sapi betina mereka memberi kami susu laksana seorang Ibu. Yang jantan melayani kami membajak sawah dan menarik gerobak.
Ketika sudah tua dan tak lagi berguna mereka menyerahkan daging tubuhnya untuk kami makan agar tidak membusuk jadi bangkai.”

bersambung

Perang Jawa: Bantuan Turki menghancurkan Majapahit.


jawa moor dan china

Sunan Ngundung dan Amir Hamzah beserta sisa 35 pasukan tidak kembali ke demak, mereka berkemah di Lawu karena pantang pulang sebelum misi menaklukan Majapahit selesai. Demak kemudian mengirimkan lagi 7.000 pasukan untuk menuntaskan misi.

Di Majapahit, kemenangan terasa menyesakkan dada mereka karena tewasnya Panglima Gajah Sena. Dalam pertempuran kehilangan seorang jenderal lebih menakutkan daripada 1000 pasukan.

Brawijaya kemudian menyiagakan kembali pasukan dengan dipimpin sang putra mahkota Raden Gugur. Ini adalah sebuah blunder besar, menurunkan putra mahkota ke medan laga padahal musuh masih kuat.

Pertempuran kedua berlangsung, Majapahit kembali menang tapi Raden Gugur tewas di medan laga.

Di saat genting bantuan dari Kadipaten Wengker utusan Bathara Katong tiba. Pasukan Demak yang semula mengira mereka kawan menjadi kalang kabut karena wengker memilih membela Majapahit.

7.000 pasukan Demak akhirnya musnah ditumpas, Sunan Ngundung dan Amir Hamzah putera Sunan Wilis ikut tewas. Kabar kematian dua panglima berserta kekalahan kedua ini benar-benar membuat suasana Demak mencekam.

bendera majapahit

Masyarakat Demak diliputi isu bahwa kekalahan mereka karena melanggar wasiat Sunan Ampel agar jangan menyerang Majapahit. Mereka merasa sebagai umat yang durhaka, semangat tempur prajurit pun turun.

Karena Nusantara adalah pusat perdagangan dunia, berita kekalahan kedua Demak menyebar cepat ke seluruh dunia.

Di saat bersamaan Turki Ottoman (tahun 1500-1525) sedang gencar berekspansi di Timur Tengah  dan Asia.  Telah memiliki armada laut yang tangguh untuk bersaing dengan Bangsa Eropa memperebutkan sumber rempah-rempah.

Mereka mendapat hak eksklusif di samudra Hindia untuk melindungi rute pelayaranya. Ini adalah hadiah dari kerajaan Aceh karena Turki sponsor Aceh dalam perang melawan Batak.

Diplomasi erat Turki-Aceh inilah yang mampu membuat Aceh bertahan sampai tahun 1910. (Catatan Frederict De Houtman 1603M) Belanda baru berani menyerang Aceh saat Turki Ottoman sudah runtuh.

Melihat situasi Demak dan atas rekomendasi diplomasi Aceh serta semangat Pan Islamisme, Turki membantu Demak dengan mengirimkan pasukan dan ahli senapan dan meriam. Di kemudian hari Demak terkenal sebagai penghasil meriam terbaik di Nusantara.

meriam made in jawa

Bagi Turki, Demak sangat strategis untuk mengamankan pasokan rempah-rempah terkait persainganya dengan Portugis. Terutama setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511 M.

Mughal di India yang tak pernah akur dengan Turki Ottoman tak mau kalah dalam mencari posisi keuntungan dalam perang Jawa. Mereka mengirim bantuan 50 ekor gajah perang.

Mughal sendiri tidak intens terlibat dalam perang karena pada saat yang sama mereka juga terlibat perang melawan Portugis dalam rebutan Goa dan Ceylon.

Semangat tempur pasukan Demak yang sempat surut karena takut kualat dengan wasiat Sunan Ampel kini tumbuh kembali melihat semangat jihad dalam diri pasukan bantuan asing.

Portugis mencatat ada sekitar 300 pasukan Turki bersenjata lengkap dalam barisan militer Demak. Melihat kekuatan Demak yang demikian kuat, Majapahit mencoba membuat aliansi dengan Portugis.

Dalam catatan Tome Pires bertahun 1512 M, Patih Udara dari Daha (Ibukota terakhir Majapahit) mengirimkan seperangkat gamelan dan kain batik pada penguasa Portugis di Malaka.

Kabar ini semakin menguatkan tekad Demak untuk menginvasi Majapahit. Semangat jihad dan anti Portugis membuat gelora Demak membara.

Dukungan pasukan multinasional dan artileri berat tercanggih di zamanya. Serbuan pamungkas Demak ke Majapahit ini seperti kisah film “The Last Samurai” dalam bayangan saya.

Sebuah peradaban agung bernama Majapahit yang mencoba bertahan dengan sisa-sisa kekuatan karena perang saudara, dihancurkan dengan meriam dan mesiu.

Lumrah bila di hari ini sangat susah menemukan warisan bangunan monumental dari peradaban Majapahit.

Daftar bacaan:
1. Anthony Reid, Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga jilid 1: Tanah di Bawah Angin, Pustaka Obor.
2.  Anthony Reid, Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga jilid 2: Jaringan Perdagangan Global, Pustaka Obor.
3. Sjamsudduha, Walisanga Tak Pernah Ada?, JP Books. (bersumber: serat drajat dan serat badu wanar)
4. Prof. Kong Yuanzhi, Cheng Ho: Muslim China, Pustaka Obor
5. Ratna S, H.Schulte, Perpektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia, Pustaka Obor
6. Agus Sunjoto, Perjuangan dan Ajaran Syekh Siti Jenar, LKiS Jogja. (merujuk pada serat-serat caruban/cirebon)

Artikel sebelumnya:
Perang Jawa, Perang Besar Yang Luput jadi Pelajaran Sejarah

Bendrang, Menu Lezat yg enggak ada di Rumah Makan


Menu ini kayaknya cuma ada seputaran plat-AE aja (madiun-PO-magetan) 😀 dan biasanya cuma disuguhin pas sarapan pagi.

Olahan ini adalah bentuk dari kearifaan lokal untuk tidak menyiayiakan sisa masakan.

Bendrang juga hanya bisa dibuat ketika ada hajatan, selamatan, berkat, atau tonjokan :mrgreen: maksudnya ada yang ngasih se paket nasi dan sayur.

Kebetulan dua kemaren ada tetangga yg nonjok untuk memperingati dan mendoakan 1000hari kematian sang bunda.

Kesempatan nih bikin benderang, karena gak habis jadi dimasukkan ke dalam kulkas untuk dibendrang. 😉

Zaman dulu proses pengawetan ini pake daun jati muda atau guci tanah liat.

Pagi tiba, saatnya semua bahan dikeluarkan

image

Akn lebih enak klo ada sisa mie/bihun dicampur kering tempe 😀 terus ada daging ssapi.

Tuangkan semua bahan ke dalam wajan. Klo bisa wajanya yang lebih dari punya saya.

image

Klo yang diatas itu emang wajan favorit saya, ada aroma anglo gosong soale 😛

image

Aduk sampai merata dan bearasap kedul-kedul dan klo bisa sampai ada kerak-kerak gosongya, gak perlu tambahan apa-apa, tapi akan lebih enak klo disiram kuah jangan terong atau lodeh pas maemnya.

image

Nasinya pun akan lebih mangtatab klo pake sego wadhang. Yaitu nasi hari kemaren juga. Nasinya dingin jangane Panas, mantebb to

Note: Sebelum memasak harap pastikan bahwa semua bahan tidak basi 😀

Sangkal Putung: Pijat Asli Indonesia yg ampuhh


Bagi yg hobi maniak film mandarin terutamaa tokoh wong fei Hung pasti sering ngeliat dia meluruskan tulang yg mlezzsek dll.

Hari jumat kemaren saya terkena cedera keseleo gara-gara maen bola.

image

Awalnya cuma diterapi pake direndam air hangat, hari sabtu sampe ahad 5 kali direndam. Ternyata itu salah, bukanya berkurang malah tambah parah si engkel pergelangan kaki. Baca lebih lanjut

Agresi Militer Islam (4): Friksi Pertama Islam di Jawa


ilustrasi kerajaan sunda-galuh … sumber:kaskus.us

Setelah wafatnya Sultan Trenggana asal Demak Bintoro, yang sukses menyatukan seluruh wilayah (suku) Jawa dalam satu kerajaan Islam dan mendapat legitimasi daripada para Wali/Sunan.

Mulailah muncul friksi antara umat Islam sendiri. Terutama sekali menyangkut faham kemurnian Islam dan fanatisme Jawa. Sejarawan barat menyebutnya sebagai Islam kejawen vs Islam Asketis.

Perbedaan ini muncul dari proses ber-islam. Masyarakat di pesisir Utara, yang berada dipusat perdagangan global, lebih terbuka untuk menerima Islam secara utuh dan meninggalkan segala adat-istiadat Jawa. Baca lebih lanjut