Agresi Militer Islam (4): Friksi Pertama Islam di Jawa


ilustrasi kerajaan sunda-galuh … sumber:kaskus.us

Setelah wafatnya Sultan Trenggana asal Demak Bintoro, yang sukses menyatukan seluruh wilayah (suku) Jawa dalam satu kerajaan Islam dan mendapat legitimasi daripada para Wali/Sunan.

Mulailah muncul friksi antara umat Islam sendiri. Terutama sekali menyangkut faham kemurnian Islam dan fanatisme Jawa. Sejarawan barat menyebutnya sebagai Islam kejawen vs Islam Asketis.

Perbedaan ini muncul dari proses ber-islam. Masyarakat di pesisir Utara, yang berada dipusat perdagangan global, lebih terbuka untuk menerima Islam secara utuh dan meninggalkan segala adat-istiadat Jawa.

Islam di bandar-bandar pelabuhan menjadi semacam gaya hidup bagi kalangan menengah atas. Tidak hanya sekedar beralih agama, tapi juga bisa menaikkan status, menjadi tiket masuk ke “kasta” saudagar asing yang datang dari Turki, India dan China Muslim.

Sedang bagi kalangan bawah, kuli dan buruh. Masuk Islam berarti menaikkan kesejahteraan, karena bisa mengikatkan emosional dengan para majikan. Sedang kaum budak, masuk Islam berarti kebebasan, karena kuatnya desakan dari para wali/sunan untuk membebaskan budak sebagaimana tuntunan Rasulullah.

Di wilayah majapahit, pedalaman dan pesisir selatan jawa, komunitas Islam sudah ada di Majapahit sejak Abad-14. Proses islamisasi berlangsung dengan adaptasi budaya, yang kemudian memunculkan Islam Kejawen. Secara agama mereka adalah muslim, tapi tetap mengamalkan adat istiadat jawa terutama yang dipengaruhi agama Hindu-Budha.

Tome Pires pada tahun 1515M mencatat tentang perilaku Islam Kejawen sebagai:

“Ada sekitar 50.000 pertapa di Jawa. Berpuasa, tidak minum tuak dan tidak kawin. Mereka memakai tutup kepala dan kadang ada logo bintang lima berwarna putih. Orang-orang ini juga disembah oleh orang Islam, dan mereka sangat percaya pada ramalan mereka. Memberinya sedekah, dan sangat gembira jika didatangi. Mereka berjalan berpasangan”

Setelah kematian Sultan Trenggana yang sukses merobohkan identitas terakhir kebesaran Majapahit di Daha-Kediri. Perpecahan diantara Orang Islam mulai tampak menyangkut “bid’ah” Jawa ini.

Mula-mula perpecahan terjadi dikalangan para wali, tentang perlu tidaknya melestarikan kebudayaan Jawa dengan adopsi modifikasi Islam. Perpecahan mulai menjadi arena pertempuran ketika kepentingan politik untuk memperebutkan tahta turut campur.

Alhasil, berdirilah Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Sutawijaya (Penembahan Senopati) di Pajang Mataram. Ketika akhirnya harus adu tanding di medan laga. Demak Bintoro (Pajang) runtuh tanpa sisa digantikan dengan kekuasaan Mataram.

Dalam kekuasaan mataram inilah, terjadi pembalikan sejarah walau tidak secara frontal. Jawa yang awalnya diislamisasi, berganti menjadi Islam yang di”jawa”nisasi. Sebab utama yang mampu melestarikan kebudayaan jawa sampai sekarang, tapi tetap tidak kehilangan identitas sebagai muslim.

Sultan Agung yang bertahta di Mataram paska era Panembahan Senopati, adalah orang yang paling bertanggung jawab dalam proses jawanisasi Islam. Setelah dengan bengis menghancurkan benteng terakhir Islam asketis di Jawa Tengah, Tembayat. Sultan Agung dengan otoriter memaksakan fahamnya.

Lalu sultan Agung mengarahkan militernya ke Giri-Kedaton sebagai benteng terakhir Islam asketis dan pusat perlawanan paling gigih dari pemaksaan faham jawanisasi Islam. Setelah sukses menaklukkan, Sultan Agung berhasil mencuri simpati dengan mengawinkan Putra Mahkota Kedaton Giri dengan putrinya demi legitimasi kekuasaanya, 1636M

Selain usaha militer, demi terbangunya suatu sintesis yang efektif antara tradisi jawa, Islam dan kultus raja. Sultan Agung juga membuat kalender Jawa yang dimulai dari tahun 78M, lalu mengadakan ritual-ritual seperti, grebeg suro.

Berabad-abad sesudahnya, nggak mengherankan jika Islam Jawa ini disebut sebagai ahli bid’ah, sesat, tidak murni dll. Padahal sebenarnya, friksi itu hanya sebuah “replay” dari sejarah runtuhnya zaman Demak Bintoro.

Jika menaati wejangan Sunan Ampel yang bersumber dari al-Qur’an surah al-mumtahanah (60) ayat 8 :”Allah tidak melarang kamu berkawan dengan orang-orang yang tidak memerangi kamu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Hendaklah kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Adil”

Mungkin Demak Bintoro bisa berumur lebih panjang. 😉

Artikel yang terpaut

Agresi Militer Islam (I): Dahsyatnya Agresi Penyebaran Islam di Indonesia

Agresi Militer Islam (2): Walisongo, Panglima Perang Berjumlah Sembilan

Agresi Militer Islam (3): Sunan Ampel, Mufti Demak Bintoro, Pelindung Majapahit

NB: Mohon maaf langsung meloncat ke bagian 4, biar tidak terlalu kontroversial dan memudahkan pemahaman.

Daftar Bacaan:

1. Anthony Reid, Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga jilid 1: Tanah di Bawah Angin, Pustaka Obor.

2.  Anthony Reid, Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga jilid 2: Jaringan Perdagangan Global, Pustaka Obor.

3. Sjamsudduha, Walisanga Tak Pernah Ada?, JP Books.

4. Prof. Kong Yuanzhi, Cheng Ho: Muslim China, Pustaka Obor

5. Ratna S, H.Schulte, Perpektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia, Pustaka Obor

33 thoughts on “Agresi Militer Islam (4): Friksi Pertama Islam di Jawa

  1. Ping balik: Agresi Militer Islam (I): Dahsyatnya Agresi Penyebaran Islam di Indonesia | RODA 2 BLOG

  2. Maskur

    oo begitu kenapa kok setelah demak, feodalisme kembali muncul…..
    demak yang adalah negara islam, dipimpin seorang ulama..
    harusnya kerajaan islam tidak menganut raja adalah turun temurun……
    tapi kenapa setelahnya jadi rabutan kekuasaan, berlajut foedalisme….

    apik apik apik

    Suka

    Balas
  3. sport tengki bocor

    sultan agung jg org yg paling btanggung jwb atas kepercayaan adanya nyi rorokidul,krn dia lah yg menciptakn cerita nyi rorokidul,semoga arwahnya langgeng d neraka…

    Suka

    Balas
  4. sekopati

    kenapa judulnya agresi ? apakah benar majapahit itu runtuh karena dikalahkan demak bintoro yang islam? berdasarkan sejarah demak bintoro menyerang majapahit yang sudah dikuasai oleh adipati dari daha kediri. dengan runutan daha kediri menyerang majapahit sehingga bhre wijaya v buron. Dan sebagai kelanjutannya terus adipati demak bintoro beserta adipati terung dibantu adipati palembang menyerang majapahit yang telah dikuasai tentara daha dan akhirnya bisa dikalahkan. sehingga legitimasi kala itu beralih ke demak bintoro.

    Suka

    Balas
  5. sekopati

    “Alhasil, berdirilah Kerajaan Mataram dibawah pimpinan Sutawijaya (Penembahan Senopati) di Pajang Mataram. Ketika akhirnya harus adu tanding di medan laga. Demak Bintoro (Pajang) runtuh tanpa sisa digantikan dengan kekuasaan Mataram.”

    pajang berbeda dengan demak bintoro, pajang kala itu diperintah oleh hadiwijoyo anak dari ki ageng pengging dengan status belum jelas (apakah siwo budo atau islam) tetapi ki ageng pengging adalah salah satu pengagum syech siti jenar. Dengan kemenangan hadiwijoyo sebenarnya adalah kemenangan islam kejawen.

    Suka

    Balas
    1. Amama Ali Penulis Tulisan

      Rentetanya.

      Setelah Sultan Trenggana Wafat, terjadi rebutan kekuasaan di Demak (Raden Prawoto vs Arya Penangsang) yang dimenangkan Arya Penangsang (Anak Trenggana).

      Lalu kemudian Jaka Tingkir (sudah berganti nama Hadiwijaya), Menantu Sultan Trenggana dan Anak dari ki ageng pengging, menuntut tahta dan balas dendam atas kematian Raden Prawoto.

      Atas bantuan Nyi Kalinyamat, sukses dimenangkan oleh Hadiwijaya. Lalu Ibukota Demak dipindah ke Pajang.

      Dan Sutawijaya(P.Senopati) yang telah membunuh Arya Penangsang diberi hadiah tanah Mataram, lalu memberontak.

      Ketika Pajang mau menumpas Mataram, Ndilalah …. Pasukan Pajang habiss, ditumpas “wedhus gembel” Merapi.

      >>> Klo menurut saya, Pajang tetaplah Demak Bintoro, hanya Ibukotanya saja yang dipindah. Berbeda dengan Mataram Islam yang memulai dari nol.

      Suka

      Balas
  6. sekopati

    “Lalu sultan Agung mengarahkan militernya ke Giri-Kedaton sebagai benteng terakhir Islam asketis dan pusat perlawanan paling gigih dari pemaksaan faham jawanisasi Islam. Setelah sukses menaklukkan, Sultan Agung berhasil mencuri simpati dengan mengawinkan Putra Mahkota Kedaton Giri dengan putrinya demi legitimasi kekuasaanya, 1636M”

    setahu saya giri kedaton dihancurkan kala mataram diperintah oleh sunan amangkurat ii.

    Suka

    Balas
    1. amamaali

      giri kedaton tidak dihancurkan secara fisik oleh sultan agung, tp dia hanya melemahkan kekuatan militer giri.

      Lalu menikahkan putra mahkota giri dengan putrinya untuk legitimasi.

      Ketika amangkurat ii berkuasa, giri memberontak (bergabung dengan Trunojoyo), karena keintiman amangkurat dengan voc

      Suka

      Balas
  7. amamaali

    dalam setiap sejarah perebutan tahta di tanah jawa, si perebut tahta selalu memindahkan ibukota kerajaan untuk menghindari kejadian serupa (kualat).

    Itu bisa dilihat sejak era medang kamulan, sampai mataram islam yg awalnya di bantul, kutagede, kartasura, surakarta dan jogja.

    Sama seperti majapahit pindah ke daha-kediri. Walaupun di daha,tp identitas tetap majapahit

    Suka

    Balas
    1. jape methe

      wah semoga tidak ada perebutan kekuasaan lagi di jaman mataram modern. Repot harus mindah ibukota propinsi, kantor dprd, terus ngrubah kabupaten dan kodya juga.

      Suka

      Balas
  8. dugal ngupoyo

    menurut saya emg agak sayang.. Para pengikut ajaran islam yg cinta damai tp dalam pengembanganya diwarnai dgn perebutan kekuasaan dan intrik politik… Itu menurut saya mohon maaf bila ada yg tdk berkenan

    Suka

    Balas
      1. Kill The Loosers

        Teruskan aja bro, jangan khawatir distempel kafir … sejarah adalah sejarah .. harus diluruskan demi kebenaran sejarah itu sendiri dan supaya yang lain mengerti apa sebenarnya yang terjadi ….

        Mengungkap sejarah bukan berarti penulis setuju dengan apa yang dilakukan oleh pelaku sejarah khan?

        Suka

  9. UMAR ASARIHS

    komen ku semuanya kembalikan kpd yg kuasa yaitu alloh swt itu jelas benaR/TIDAK MNGADA ADA ,MKS KAJI ALQUR AN DAN SUNAHNYA JANGAN SUUDZON DULU ALLOH MAHA TAU ULAH MANUSIA YG INKAR KPDNYA.ISLAM ITU MUDAH ASAL TAU HUKUM KEDUANYA INS WARAS SLAMET NDUNYO AKHERAT AMIEN

    Suka

    Balas
  10. Habibie

    mas bro, mbok ya tulisannya yang nomer 2 dan 3 dirilis mas bro. enggak semua orang mengecam kok. ane malah menunggu posting2 mas bro yang seperti ini. bener salahnya ya terserah yang baca tho, yang penting apa yang mas bro tahu tulis aja dulu

    Suka

    Balas
  11. Ping balik: Agresi Militer Islam (2): Walisongo, Panglima Perang Berjumlah Sembilan | RODA 2 BLOG

  12. anharvictor

    jadi inget pelajaran sejarah ney. Saya sering remidi. Gara2 puzzel sejarah kan. Wkt sekulah dulu.
    Untuk itu harukah islam terpecah. Dulu sempat guyon sama guru sejarah saya. Yg betul islam di jawakan. Apa jawa d islamkan?

    Suka

    Balas
    1. Amama Ali Penulis Tulisan

      Yup setelah berhasil menaklukan Majapahit, mulailah terjadi friksi, silahkan baca bagian ke-4
      disinilah mulai terjadi perubahan pembalikan, menjadi Islam dijawakan, jawa di-Islamkan. 😉

      Suka

      Balas
  13. Vitr

    Kata sorang temen, jangan berharap kebenaran pada ulama’ yang menempel pada kekuasaan, sangat di sayangkan knapa siti jennar di bunuh.? Ko’ gak di penjara aja…., mungkin tindakan wali itulah yang menginspirasi brutalitas isis,

    Suka

    Balas

Beri tanggapan anda, mohon maaf bila tidak bisa membalas